Mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran sains
Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.
Sains (Fisika) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fenomena alam, sehingga seharusnya dalam penyampaiannya bukan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pembelajaran sains yang masih menempatkan guru sebagai pusat dan siswa sebagai gelas kosong yang harus siap diisi dengan kemampuan guru, harus diganti dengan pembelajaran sains yang dilakukan dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Pembelajaran sains dilaksanakan dengan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu berkompetensi di era globalisasi ini. Dengan sistem pembelajaran yang berlandaskan pada KTSP ini diharapkan siswa dapat menyerap ilmu dengan melalui suatu proses penemuan langsung yang akan menumbuhkan kemampuan berfikir mereka.
Dalam kenyataannya, peneliti menemukan beberapa masalah yang muncul dalam sistem pembelajaran sains di Sekolah-sekolah tertentu. Peneliti juga menemukan beberapa masalah yang timbul dalam proses belajar-mengajar. Melalui proses wawancara beberapa permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran sains yang diantaranya adalah proses pembelajaran sains yang terkadang masih dilakukan dengan pengajar aktif sebagai penyampai materi. Pembelajaran sains yang dilaksanakan cenderung didominasi ke arah pembahasan teorotik dan pemberian konsep yang sudah dalam bentuk persamaan matematika, sehingga terkesan sebagai materi hafalan belaka. Pembelajaran yang hanya mengupayakan pengembangan dan menguji hafalan-hafalan siswa akan menjadikan siswa tidak mengoptimalkan kemampuan berfikir yang dimiliki.
Di dalam kelas, masalah besar untuk guru-guru dan siswa-siswa adalah motivasi. Guru-guru berharap supaya setiap siswa menggunakan bakat dan waktunya selama di sekolah sehingga tujuan belajar terjadi secara maksimum. Siswa-siswa, apakah mereka menyadari atau tidak, berusaha menggunakan potensi mereka tumbuh secara cepat dengan perkembangan bakat-bakat mereka yang ada. Sayangnya, tujuan guru sering berbeda dengan apa yang ada di dalam diri siswa sehingga motivasi tidak berkembang malahan diabaikan.
Pertanyaannya, bagaimana membujuk siswa untuk berusaha dengan mengembangkan motivasi? Tidak mudah dijawab: “ Kita dapat menggiring kuda ke air tetapi kita tidak bisa memaksa dia untuk minum”, seperti seorang ibu memaksa anaknya makan tetapi anaknya yang tidak ingin makan. Ada beberapa siswa yang sering benci ke sekolah, malas membaca, berfikir bahwa dirinya siswa yang bebal. Sebaliknya beberapa siswa senang belajar, aktif dalam kegiatan belajar, bahkan di luar sekolah pun mereka belajar. Mereka berfikir bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk belajar. Jika guru mencoba untuk memotivasi semua siswa dengan tekhnik yang sama, beberapa nakan dibantu yang lainnya akan dimatikan. Setiap siswa mempunyai minat, bakat, potensi, kemampuan dan keterampilan yang berbeda. Oleh karena itu mereka membutuhkan metode, tekhnik dan penanganan yang berbeda.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru akan membangkitkan minat atau motivasi belajar peserta didik dalam menerima dan merespon hasil belajar itu dengan baik dan dapat mengembangkan hasil dalam belajar peserta didik tentunya. Hal ini merupakan upaya yang harus selalu dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan ilmunya pada saat mengajar agar nantinya pula sistem belajar akan bertambah baik dan akan menghidupkan suasana dalam belajar yang berbeda, apalagi dalam pembelajaran fisika tidak cukup hanya memberikan rumus serta teori pembelajaran saja melainkan dengan cara atau gaya mengajar yang sesuai agar tidak mengalami suatu kejenuhan dalam belajar peserta didik.

Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran sains (seperti dalam pernyataan di atas), maka diperlukan sebuah strategi baru yang lebih berpusat pada siswa. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta atau konsep-konsep yang sudah dalam bentuk persamaan matematika, tetapi mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Sains (Fisika) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fenomena alam, sehingga seharusnya dalam penyampaiannya bukan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pembelajaran sains yang masih menempatkan guru sebagai pusat dan siswa sebagai gelas kosong yang harus siap diisi dengan kemampuan guru, harus diganti dengan pembelajaran sains yang dilakukan dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Pembelajaran sains dilaksanakan dengan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu berkompetensi di era globalisasi ini. Dengan sistem pembelajaran yang berlandaskan pada KTSP ini diharapkan siswa dapat menyerap ilmu dengan melalui suatu proses penemuan langsung yang akan menumbuhkan kemampuan berfikir mereka.
Dalam kenyataannya, peneliti menemukan beberapa masalah yang muncul dalam sistem pembelajaran sains di Sekolah-sekolah tertentu. Peneliti juga menemukan beberapa masalah yang timbul dalam proses belajar-mengajar. Melalui proses wawancara beberapa permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran sains yang diantaranya adalah proses pembelajaran sains yang terkadang masih dilakukan dengan pengajar aktif sebagai penyampai materi. Pembelajaran sains yang dilaksanakan cenderung didominasi ke arah pembahasan teorotik dan pemberian konsep yang sudah dalam bentuk persamaan matematika, sehingga terkesan sebagai materi hafalan belaka. Pembelajaran yang hanya mengupayakan pengembangan dan menguji hafalan-hafalan siswa akan menjadikan siswa tidak mengoptimalkan kemampuan berfikir yang dimiliki.
Di dalam kelas, masalah besar untuk guru-guru dan siswa-siswa adalah motivasi. Guru-guru berharap supaya setiap siswa menggunakan bakat dan waktunya selama di sekolah sehingga tujuan belajar terjadi secara maksimum. Siswa-siswa, apakah mereka menyadari atau tidak, berusaha menggunakan potensi mereka tumbuh secara cepat dengan perkembangan bakat-bakat mereka yang ada. Sayangnya, tujuan guru sering berbeda dengan apa yang ada di dalam diri siswa sehingga motivasi tidak berkembang malahan diabaikan.
Pertanyaannya, bagaimana membujuk siswa untuk berusaha dengan mengembangkan motivasi? Tidak mudah dijawab: “ Kita dapat menggiring kuda ke air tetapi kita tidak bisa memaksa dia untuk minum”, seperti seorang ibu memaksa anaknya makan tetapi anaknya yang tidak ingin makan. Ada beberapa siswa yang sering benci ke sekolah, malas membaca, berfikir bahwa dirinya siswa yang bebal. Sebaliknya beberapa siswa senang belajar, aktif dalam kegiatan belajar, bahkan di luar sekolah pun mereka belajar. Mereka berfikir bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk belajar. Jika guru mencoba untuk memotivasi semua siswa dengan tekhnik yang sama, beberapa nakan dibantu yang lainnya akan dimatikan. Setiap siswa mempunyai minat, bakat, potensi, kemampuan dan keterampilan yang berbeda. Oleh karena itu mereka membutuhkan metode, tekhnik dan penanganan yang berbeda.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru akan membangkitkan minat atau motivasi belajar peserta didik dalam menerima dan merespon hasil belajar itu dengan baik dan dapat mengembangkan hasil dalam belajar peserta didik tentunya. Hal ini merupakan upaya yang harus selalu dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan ilmunya pada saat mengajar agar nantinya pula sistem belajar akan bertambah baik dan akan menghidupkan suasana dalam belajar yang berbeda, apalagi dalam pembelajaran fisika tidak cukup hanya memberikan rumus serta teori pembelajaran saja melainkan dengan cara atau gaya mengajar yang sesuai agar tidak mengalami suatu kejenuhan dalam belajar peserta didik.

Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran sains (seperti dalam pernyataan di atas), maka diperlukan sebuah strategi baru yang lebih berpusat pada siswa. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta atau konsep-konsep yang sudah dalam bentuk persamaan matematika, tetapi mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Komentar
Posting Komentar
Mari gunakan bahasa yang baik dalam berkomentar.